..Selamat datang di Blog Sederhana Saya..

Sabtu, 04 Juni 2011

Di Balik Pujian, Kehilangan Cinta Tersimpan Hikmah


Seorang gadis muda bernama Sartika yang sangat suka dengan menari. Kepandaiannya menari sudah sejak kecil dan sangat menonjol dibanding dengan teman-teman sebayanya, sehingga Sartika sering menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan baik disekolahnya atau pun dilingkungan sosialnya.

Sartika berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini menjadikan impian bahwa kelak ia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepukan meriah kepadanya.

Suatu hari, di kotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat, dari tangan dinginnya telah banyak melahiarkan penari-penari kelas dunia. Sartika ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Sartika berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari persembahan.

Sartika "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya dan mohon petunjuk apabila ada yang salah dalam tarian saya".

"Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit",jawab sang pakar.

Baru hanya 5 menit Sartika menunjukan tariannya, entah mengapa yang menyebabkan sang pakar berdiri dari kursinya lalu meninggalkan Sartika begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Sartika. Betapa hancurnya hati Sartika, melihat sikap sang pakar. Dalam hati Sartika bertanya-tanya gerangan apakah sang pakar meninggalkannya begitu saja.

Sartika pulang ke rumah, menangis terisak sedu. Sartika menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini yang ia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar.
Sejak saat itu, ia bersumpah tidak akan menari lagi dan semua peralatan menarinya disimpan gudang.

Puluhan tahun berlalu sudah, kini Sartika telah menjadi seorang Ibu rumah tangga dan memiliki tiga sibuah hati yang mungil. Namun nasib berkata lain, ketika anak yang ketiganya berumur 7 tahun, sang suami yang mengidap satu penyakit yang tak tertolong hingga meninggalkan Sartika dan anak-anak selamanya.

Kini, Sartika adalah tulang punggung dalam membina dan membangun keluarga sederhananya. Sehari-harinya Sartika bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko buku di sudut jalan kota. Seperti biasa, dikotanya setiap tahun pasti akan mengadakan pagelaran tari yang diikuti dari berbagai belahan kota.

Nampaklah oleh Sartika sang pakar yang pernah meninggalkannya begitu saja dulu sedang berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar sudah tampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih dengan wajah yang sederhana. Sartika walau ia telah bersumpah untuk tidak menari, tetapi didalam hatinay slalu menginginkan dan melambaikan jari jemarinya untuk menari, tanpa piker panjang, ia juga ketiga anaknya datang ke pagelaran tari tersebut.

Acara pun usai, Sartika dengan masih rasa penasaran kepada Sang Pakar, Ia mencari sang pakar dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Ternyata daya ingat sang pakar masih mengenali Sartika dan kemudian mereka bercerita secara akrab bertahun lamanya.

Sartika, "Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda yang bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?"

"Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seSartika yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari", jawab sang pakar.

Sartika pun terkejut bukan kepalang “Ini tidak adil. Sikap anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan took buku pak!"

Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak, Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. Kamu tidak harus minum anggur satu barel untuk membuktikan anggur itu enak bukan? Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton kamu selama 10 menit untuk membuktikan bahwa tarian kamu bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukan. Maka sejenak saya tinggalkan kamu, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap kamu mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi kamu sudah pergi ketika saya keluar”

“Dan satu hal yang perlu kamu camkan, bahwa kamu mestinya fokus pada impian, bukan pada ucapan atau tindakan.
Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh.
Pujian itu seperti pedang bermata dua Sartika, pujian bisa menjadi memotivasi buat kamu, tetapi ia juga bisa pula buat melemahkanmu.

Dan faktanya, saya melihat bahwa sebagian besar pujian yang diberikan pada saat seseorang sedang tahap pertumbuhan karir, hanya akan membuat dirinya puas dan pertumbuhannya akan berhenti.
Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan orang lain. Tidak pantas untuk meminta pujian dari orang lain"

"Kamu lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya kamu ada pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini kamu sudah menjadi penari kelas dunia dan berada dipanggung dengan tepukan ribuan orang dari penjuru dunia”

”Mungkin kamu sakit hati pada waktu itu, tapi sakit hari akan hilang jika kamu tetap semangat. Sakit hari karena penyesalan kamu hari ini tidak akan pernah hilang selamanya “


" Ya, sabar memang sulit dilakukan, apalagi ditambahkan dengan sebutan orang-orang “Sabar itu ada batasnya” Bersabar ketika usaha terbaik yang sudah dilakukan namun tidak dihiraukan orang lain memang sulit.

Tetapi apabila pada saat usaha tersebut dirasakan sudah mencapai puncak yang terbaik dalam hidup kamu, yakini bahwa yang terbaik itu tidak akan pernah sia-sia meskipun orang lain tidak melihat

Bijaklah hati dalam berpikir, menyikapi segala sesuatu dan dalam menentukan sikap, akan menolong menghindari dari kekeliruan yang berakhir pada penyesalan yang slalu hadir pada suatu kisah

Janganlah terlalu cepat dalam menilai dan mengambil keputusan, berkomunikasi dengan tulus dan baik, karena tak selalu diam itu emas.

Berpikir positive untuk segala sesuatu yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan kamu, semuanya sudah disusun rapi olehNya

Begitu juga cinta, jika kamu kehilangannya, percayalah Tuhan sudah menyusun sesuatu yang terbaik untuk kamu. "







irf_journey
@nofra

[X]
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger