..Selamat datang di Blog Sederhana Saya..

Jumat, 30 April 2010

Suatu malam di Perempatan

Pada suatu Jumat malam sepulang dari kantor aku makan malam di sebuah cafe di daerah Menteng dengan teman-teman semasa kuliah. Tema pembicaraan saat itu adalah gaji pertama kami. Sempat terbersit dalam hati koq gaji pertamaku cuma sekian jika dibandingkan dengan teman-teman lainnya yang sama-sama bekerja di perusahaan multinasional.

Hampir jam 11 malam ketika aku dan sahabatku berkendara pulang saat kami terhenti oleh lampu merah di perempatan Teuku Umar. Di trotoar tampak gerobak-gerobak pemulung berisi anak-anaknya yang sudah tertidur pulas kelelahan. Sebagian orang tua mereka tertidur di trotoar tanpa alas, sebagian masih terjaga mengobrol dengan sesamanya.

Tak lama sebuah motor tua berhenti di samping kami, dengan tumpukan kotak-kotak plastik di jok belakangnya. 5 kotak di bagian bawah tampak kosong, hanya 1 kotak teratas yang masih terisi beberapa potong roti yang tak terjual hari itu. Pengemudi motor tsb melambaikan tangan ke arah para pemulung yang kemudian menghampirinya. Lalu pengemudi motor tsb membuka kotak teratas dan membagikan roti itu. Walau malam tlah gelap, terpancar cerah di wajah para pemulung itu. Dibangunkannya rekan-rekan mereka yang semula telah tertidur dan mereka membagi rata roti itu.

Aku terdiam di kursi penumpang.
Sang Pencipta menyajikan sebuah pelajaran bersyukur di depan mataku. Dengan semua rizki yang telah dilimpahkan-Nya kepadaku, sempat hatiku merasa pemberian-Nya masih kurang.

Seorang pengantar roti yang baru selesai bekerja jam 11 malam di gelapnya dan dinginnya malam masih bisa bersyukur dengan berbagi kepada sesamanya, padahal mungkin pendapatannya tidak sebesar yang kuperoleh.
Bahkan para pemulung yang makan 1 potong roti saja belum tentu kenyang, masih bisa membagi roti itu dengan teman-temannya yang lain.

Dari sudut hati terucap doa, “Maafkan aku telah berburuksangka kepada-Mu, terimakasih atas segala nikmat yang telah Kau berikan, dan semoga Kau jadikan aku orang yang selalu bersyukur kepada-Mu.”

Kamis, 15 April 2010

Info Saksi Bisu Penaikan bendera Merah Putih Pertama x,

Saksi Bisu Penaikan Bendera Itupun Sudah Rubuh PDF Cetak E-mail
Ditulis oleh Edy Rachmad
Sabtu, 15 Agustus 2009 12:49

RUMAH Dinas Kehutanan berlokasi di Kel. Pekan Besitang, merupakan saksi bisu pertama sekali bendera merah putih di kibarkan. Tapi, bangunan yang berusia ratusan tahun itu kini hanya tinggal kenangan, sebab sekira dua tahun lalu rumah panggung berlantai dan berdinding papan itu rubuh termakan usia.

Menurut H Usman Lubis, mantan pejuang kemerdekaan, di halaman rumah dinas inilah, pertama sekali dikibarkan sang merah putih setelah para pejuang kemerdekaan di Besitang mendapat kabar gembira, negara Republik Indonesia telah merdeka yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.

Saksi mata pengibaran bendera itu, alm Saleh Ginting, yang semasa hidupnya pernah mengatakan kepada Waspada, kala itu, sorak-sorai luapan kegembiraan bergemuruh dan air mata tak terasa mengucur deras tatkala menyaksikan bendera kebangsaan ini dikibarkan.

Diantara para pejuang yang hadir pada hari pertama merah putih dikibarkan, OK Rani, Manteri Tihal, Aban Salim Harahap, Bakari Hasyim, OK Adam Yunan, Mat Isa Nasution, Ms Ginting, Ibrahim, H. Usman Lubis.

Menurut putra sulung alm. Mat Isa Nasution, Abdul Rasyid Nasution, HUT pertama kemerdekaan RI juga dilaksanakan di halam kantor yang dijadikan rumah Dinas Kehutanan itu. “Saat itu saya masih berumur kurang dari 11 tahun” ujar pensiunan PT KAI yang saat ini tinggal di Kisaran, Asahan.

Kini, pada peringatan HUT RI ke-64, mantan pejuang kemerdekaan termasuk para generasi muda tidak dapat lagi menyaksikan tempat bersejarah tersebut. Areal rumah dinas itu kini telah ditanami pohon coklat dan kelapa sawit.

Tidak adanya upaya pemugaran terhadap tempat bersejarah ini merupakan bukti nyata kurangnya perhatian serta penghayatan kita untuk melestarikan nilai-nilai sejarah. Terbukti, bangunan itu dibiarkan lapuk sampai akhirnya rubuh tanpa ada usaha untuk merehabilitasinya. ( Asrirrais )

Piadato singkat dari Gubsu dan Bupati Langkat Tenteng Sejarah Brandan

Langkat (SIB)
Gubsu H.Syamsul Arifin SE mengatakan, momentum Peringatan Brandan Bumi Hangus (BBH) hendaknya dapat menyentuh aspek pembangunan fisik kota Brandan secara kongkrit.
Dikatakannya, setelah 62 tahun terjadi peristiwa heroik tanggal 13 Agustus 1947 tersebut, sudah selayaknya peringatan BBH dapat melakukan pembangunan fisik seperti melakukan kegiatan bedah rumah pejuang yang tidak layak huni maupun pembangunan sarana pendidikan yang berkualitas.
Gubsu menyatakan hal itu saat menghadiri Peringatan Bumi Hangus Kota Pangkalan Brandan ke-62 di lapangan Bola Kaki PetroliaPertamina Brandan, Kamis (13/8).
Dijelaskan kegiatan yang dilaksanakan pada tiap tahunnya ini merupakan sebuah peristiwa sejarah yang harus diketahui oleh para pelajar dan generasi muda. Untuk itu Syamsul menyatakan harapannya agar catatan sejarah yang benar dengan didasari oleh keterangan pelaku sejarah yang masih hidup dapat diabadikan ke dalam sebuah buku, sekaligus dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.
Sementara, Bupati Langkat Ngogesa Sitepu dalam sambutannya mengatakan sebagai anak dan generasi muda pejuang, kita tidak boleh berpangku tangan terhadap kebesaran sejarah perjuangan masa lalu.
”Kebesaran sejarah perjuangan sebagai motivasi untuk berbuat, berkreasi bagi kemajuan daerah”, tandas Ngogesa. Dia juga mengajak segenap komponen masyarakat untuk bahu membahu menggali dan memberdayagunakan potensi kekayaan alam untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat Langkat.
Ketua DPRD Langkat H Syafruddin Basyir mengatakan, perjuangan saat ini maupun masa lalu sama-sama membutuhkan pengorbanan, kerja keras dengan semangat yang membara. Untuk itu sebagai generasi penerus perjuangan bangsa jangan pernah surut dan pudar dalam mengemban amanah para pejuang perintis kemerdekaan.
Sekdakab, Langkat Drs H Surya Djahisa MSi yang juga Ketua Panitia Peringatan BBH Langkat dalam laporannya menyatakan peringatan BBH diadakan lomba di antaranya lomba lagu BBH, lomba baca puisi perjuangan, lomba napak tilas dan lomba karnaval.
Peringatan BBH diawali karnaval kejuangan yang diikuti para pelajar dan pemuda, juga penampilan drama kolosal yang menggambarkan peristiwa BBH dengan dukungan prajurit Marinir Tangkahan Lagan dan 2 unit tank. Hadir dalam kesempatan tersebut sejumlah pejabat Pempropsu, Muspida Langkat, Veteran Pejuang, Danyon Brigif 08 Marinir Tangkahan Lagan Mayor Mar. Umar Farauq serta ratusan masyarakat lainnya. (M-29/i)

[X]
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger